Kali ini saya posting tentang beberapa macam metode yg dapat digunakan dalam menyelesaikan rubik, ini dia ...
1. Fridrich Metode
Metode ini dirancang oleh Jessica Fridrich, seorang Professor di bidang Elektro dan Komputer di Universitas Birmingham. Beliau adalah penemu metode CFOP atau yg dikenal dengan Fridrich metode. Mungkin untuk para cuber metode ini sudah sangat sering terdengar & banyak para cuber yang menggunakan metode ini. Metode yang dikeluarkan tahun 1997 ini, walau sebagian besar orang tidak lagi menggunakan algoritma asli temua Jessica Fridrich, tetapi namanya tetap digunakan untuk merujuk pada metode CFOP.
2. Petrus Method
Metode
ini dirancang oleh Lars Petrus, speedcuber seangkatan Jessica
Fridrich. Bila metode Fridrich tergolong metode sistematis, maka metode
petrus jauh lebih intuitif.
Metode ini mengharuskan anda menggunakan logika dan kekuatan pikiran untuk membuat apa yang disebut “block buliding”. Yang pertama diselesaikan pada metode ini adalah blok 2×2×2, lalu diperluas menjadi 2×2×3. Selanjutnya seluruh edge diorientasikan, kemudian kedua sisi rubik yang tersisa diselesaikan dengan algoritma Sune, Allan, dan Niklas.
Lars Petrus mengembangkan metode ini karena merasa kurang efektif pada metode layer by layer. Dengan metode ini, Anda dapat menyelesaikan rubik dengan lebih sedikit gerakan namun lebih banyak berfikir. Metode ini lebih banyak digunakan dalam cabang fewest moves (menyelesaikan rubik dengan gerakan paling sedikit). Untuk lebih lengkapnya, kunjungi situs www.lar5.com
Metode ini mengharuskan anda menggunakan logika dan kekuatan pikiran untuk membuat apa yang disebut “block buliding”. Yang pertama diselesaikan pada metode ini adalah blok 2×2×2, lalu diperluas menjadi 2×2×3. Selanjutnya seluruh edge diorientasikan, kemudian kedua sisi rubik yang tersisa diselesaikan dengan algoritma Sune, Allan, dan Niklas.
Lars Petrus mengembangkan metode ini karena merasa kurang efektif pada metode layer by layer. Dengan metode ini, Anda dapat menyelesaikan rubik dengan lebih sedikit gerakan namun lebih banyak berfikir. Metode ini lebih banyak digunakan dalam cabang fewest moves (menyelesaikan rubik dengan gerakan paling sedikit). Untuk lebih lengkapnya, kunjungi situs www.lar5.com
3. Waterman Method
Metode
yang lebih dikenal dengan sebutan corner-firstmethod ini umum
digunakan pada sekitar tahun 1980. Orang yang berjasa mengembangkan
metode ini adalah Marc Waterman. Ia telah dapat mencapai average solving
time 16 detik pada paruh akhir tahun 1980-an. Salah satu cuber yang
menggunakan metode ini adalah Minh Thai, juara rubik dunia yang pertama.
Langkah pertama dalam metode ini adalah dengan menyusun salah satu
sisi terlebih dahulu (biasanya sisi kiri), baru kemudian menyelesaikan
corner pieces, lalu edge pieces dengan beberapa tahap slice turns atau
gerakan lapis tengah. Paling tidak ada tujuh algoritma yang harus anda
ingat. Jika tertarik, Anda dapat mencari penjelasan tentang ini di
www.rubikscube.info/waterman.
4. Roux Method
Metode
ini dikembangkan oleh Gilles Roux. Langkah metode ini diawali dengan
membangun 3×2×1 yang terletak dibagian bawah pada lapis kiri rubik.
Tahap kedua adalah dengan menyusun blok 3×2×1 lainya pada lapis yang
berlawanan. Setelah keempat corner diselesaikan, yang tersisa adalah
enam edge dan empat center yang diselesaikan pada tahap terakhir.
Pengguna metode ini dapat memanfaatkan waktu inspeksi yaitu hak 15 detik yang diberikan kepada seorang kompetitor dalam sebuah kompetisi resmi untuk memeriksa rubiknya sebelum melakukan solving. Hal ini dikarenakan cuber dapat merencanakan penyelesaian untuk lima pieces, bukan hanya empat seperti pada metode Fridrich dan Petrus. Metode ini juga tidak terlalu bergantung pada hafalan algoritma karena seluruh tahap, kecuali tahap tiga, dilakukan dengan mengandalkan intuisi.
Metode ini tidak memerlukan banyak rotasi seperti pada metode Fridrich, dengan demikian gerakan Anda saat menyelsaikan rubik lebih efisien. untuk lebih jelasnya, kunjungi situs www.grrroux.free.fr/method/intro
Pengguna metode ini dapat memanfaatkan waktu inspeksi yaitu hak 15 detik yang diberikan kepada seorang kompetitor dalam sebuah kompetisi resmi untuk memeriksa rubiknya sebelum melakukan solving. Hal ini dikarenakan cuber dapat merencanakan penyelesaian untuk lima pieces, bukan hanya empat seperti pada metode Fridrich dan Petrus. Metode ini juga tidak terlalu bergantung pada hafalan algoritma karena seluruh tahap, kecuali tahap tiga, dilakukan dengan mengandalkan intuisi.
Metode ini tidak memerlukan banyak rotasi seperti pada metode Fridrich, dengan demikian gerakan Anda saat menyelsaikan rubik lebih efisien. untuk lebih jelasnya, kunjungi situs www.grrroux.free.fr/method/intro
5. Heise Method
Metode
yang meiliki tingkat kerumitan sangat tinggi ini dikembangkan oleh
Ryan Heise. Yang pertama kali harus Anda lakukan adalah menyusun empat
blok 1×2×2 yang saling menempel. Hal yang menarik, blok-blok ini tidak
perlu memiliki warna yang sama sehingga kita leluasa untuk mengambil
keuntungan terhadap blok-blok yang sudah tersusun di awal. Tahap
selanjutnya, edge pieces akan diorientasikan dan secara bersamaan blok
yang telah ada akan tersusun sesuai pasangannya, lalu edge yang masih
tersisa diselesaikan. Bila telah selesai, barulah corner diselesaikan
dalam dua tahap. Anda dapat mempelajarinya di
www.ryanheise/cube/heise_method.
6. Zborowski-Bruchem Method
Metode
ini dikembangkan oleh Zbingniew Zborowski dari Polandia dan Ron van
Bruchem dari Belanda. Metode yang sering disingkat ZB ini dapat
menyelesaikan lapis terakhir dengan tahap yang lebih sedikit dari
OLL+PLL dalam metode Fridrich.
Metode ini identik dengan metode CFOP, namun pasanagan F2L terakir diselesaikan dengan cara melakukan orientasi pada edge lapis terakhir secara bersamaan. Teknik ini dikenal ZBF2L. Langkah terakhirnya yang terdiri dari corner orientation, corner permutation, dan edge permutation dikerjakan dengan satu eksekusi algoritma yang disebut ZBLL.
Keuntungan besar dari metode ini terletak pada eksekusi last layer yang sangat cepat, sebagai sebuah dari pengenalan terhadap 1211 kasus yang dapat menjadikan seseorang dapat melakukan 1 look Last Layer. Metode ini diyakini mampu membuat orang yang menguasainya dapat menyelesaikan rubik dengan waktu rata-rata 11 detik, bahkan kurang
Metode ini identik dengan metode CFOP, namun pasanagan F2L terakir diselesaikan dengan cara melakukan orientasi pada edge lapis terakhir secara bersamaan. Teknik ini dikenal ZBF2L. Langkah terakhirnya yang terdiri dari corner orientation, corner permutation, dan edge permutation dikerjakan dengan satu eksekusi algoritma yang disebut ZBLL.
Keuntungan besar dari metode ini terletak pada eksekusi last layer yang sangat cepat, sebagai sebuah dari pengenalan terhadap 1211 kasus yang dapat menjadikan seseorang dapat melakukan 1 look Last Layer. Metode ini diyakini mampu membuat orang yang menguasainya dapat menyelesaikan rubik dengan waktu rata-rata 11 detik, bahkan kurang
Sekian Posting kali dari mimin, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum, & Terima Kasih
terimakasih...(kuliner-terpadu[.]blogspot[.]com)
BalasHapus